Langsung ke konten utama

Postingan

Pascarasa

hidup yang fana, dan setiap perpisahan adalah bagian dari siklus pertumbuhan begitupula sebuah kehidupan orang jatuh cinta lalu menikah, maka akan lahir anak- anak yang merekah tapi jika tidak jadi menikah, maka lahirlah syair-syair indah. dunia tidak selalu adil bagi setiap kasih kisah ia datang saat engkau pergi dan engkau datang saat dia pergi saat dia membutuhkan harmoni engkau berpaling dua kali saat engkau sudah menyadari, kekasihmu telah pergi entah benar entah salah mengenai kalimat ini  satu hal yang pasti, campur tangan tuhan selalu aku nanti, apapun yang terjadi  meski kalimat 'mungkin kucoba sekali lagi' terus diulangi

Melindungi penduduk pribumi dari pemerasan dan tirani

Hanya ada beberapa keadaan di dunia materi ini yang tidak memberikan kesempatan kepada seorang pemikir untuk melakukan pengamatan secara cerdas. Sehingga aku seringkali bertanya kepada diri sendiri, apakah banyaknya kesalahan yang sudah kita angap lumrah, banyaknya ketidakadilan yang kita pikir benar itu berasal dari fakta bahwa kita telah terlalu lama duduk dengan teman yang sama di dalam kereta pelancong yang sama. Kaki yang harus kau letakkan di sebelah kiri, di antara kotak topi dan keranjang ceri kecil. lutut yang kau tekankan pada pintu kereta agar tidak membuat perempuan di seberangmu berpikir kau hendak mengusik kesuciannya. Kaki kapalan yang sangat ngeri terhadap tumit " pelancong komersial " di dekatmu. leher yang harus kau miringkan begitu lama ke kiri karena hujan menerobos masuk dari sisi kanan. semuanya ini pada akhirnya akan sedikit menimbulkan ketidaknyamanan. Kurasa baik sekali untuk sesekali bertukar kereta, kursi, dan teman seperjalanan sehingga kau bisa me...

muak untuk memuja

 negeri ini semakin represif para tokoh seakan pasif dunia seakan manipulaitf segala isu diracik oleh penjahat yang merangkap detektif aneh duniaku semakin engap karena ulah orang-orang yang dianggap tegap kasihan teman-teman atas kejadian-kejadian yang tak mengenakkan apakah aku harus keluar saat malam seperti kelelawar agar tidak disebut sebagai pembuat onar boro-boro berpikir romantis yang ada hanya, mereka terlalu bengis 

siluet hitam di waktu temaram

di tepian samudra sesaat sebelum petang angin berbisik lirih seolah menyebut seseorang tak jauh dari lokasi bersandar, sayup-sayup ku melihat siluet berkerudung hitam kau berdiri megah dibawah ufuk yang sebentar lagi hilang bagaikan sang rembulan yang jatuh dalam pelukan  indah, namun hanya sebatas dapat dipandang bayang-bayang yang menari diujung temaram  ingin kupeluk, namun sang rembulan mengutuk dan berlari ke arah ufuk  seperti chandikala yang luruh didalam laut hanya ilusi, namun terlihat seperti cerita dalam sebuah tajuk mengagumkan, namun tidak bisa didapatkan namun hati ini akan tetap menunggu sampai sebuah cincin melingkar di jari jemarimu kadangkala aku juga sadar, bahwa hanya sebagian kecil untuk memilikimu seorang layaknya perunggu, sekeras apapaun pandai besi menempamu  tak akan pernah menjadi emas yang dapat menyaingi  meski campur tangan tuhan berpihak kepadaku. kau tahu, rindu ini selalu terjaga diantara ombak-ombak yang bergulung itu hingga saa...

kala

saat semua tak bisa seperti sediakala saat semua tutur kata tak lagi sama saat perasaan tak bisa kembali seperti semula  dan saat kita tak bisa lagi bersenggama rasa yang tak biasa, sifat yang tak menentu arahnya apakah engkau masih sama seperti wanita yang dahulu kala berparas jelita dan berhati mulia menatap keinginan dengan sebuah sudut pandang penuh harapan lantas bagaimanakah dengan sejuta rasa ? lantas bagimanakah dengan segala janji yang dibentuk jauh-jauh hari ? bukankah kita selalu membahasnya setiap detik dalam hari lantas, apakah memang perasaan manusia selalu sama setiap waktunya ? lantas, apakah benar setelah masa-masa yang tlah terlewatkan masih tidak bisa menyatukan ? secuil waktu saat bersama, selalu aku kan mengingatnya meski sang kala tidak berkata sedemikan rupa engkau ada selamanya 

Majelis Mata Pedang

  Kala musa menyurati _nil_ dengan serangkaian huruf dalam suhuf-nya seketika lesap hulu bersimbah merah darah. Entah atas nama apa, kau rela menggadaikan wajah demi mensujudi ribuan sajadah   Lalu setelahnya, kala muncul sang jibril ke langit dunia engkau berpaling kepada patung sapi perunggu yang dianggap dewa.  Dan 10 perintah tuhan, hanya tertempel diatas batu namun tiada yang meng-iman-i Selanjutnya, peristiwa abad ke satu sampai tiga Ketika pembantaian peristiwa kenabian  karena engkau menolak utusan selain dari bangsa yang dalam sudut pandangmu paling mengagumkan.

Pembaruan Doa

Pada kata aku bercerita Pada kata aku menyembunyikan rasa Pada kata aku menumbuhkan asa Pada kata aku tenggelam kepada-NYA kini ucapan senantiasa tertutur pada-NYA kini ucapan selalu terlantun pada-NYA kini ucapan menjadi permintaan pada-NYA Goresan kata pada kalimat ucapan telah hilang dari sebelumnya Setiap lembarnya menyisakan perasaan kebingungan tentang bagaimana Tentang kisah perjamuan antara hamba dengan penciptanya Pembaruan doa-doa yang tidak tahu sebagaimana mestinya Hanya satu keyakinan yang dia punya Pastilah tuhan memaklumi pembaruan doa hamba