Hanya ada beberapa keadaan di dunia materi ini yang tidak memberikan kesempatan kepada seorang pemikir untuk melakukan pengamatan secara cerdas.
Sehingga aku seringkali bertanya kepada diri sendiri, apakah banyaknya kesalahan yang sudah kita angap lumrah, banyaknya ketidakadilan yang kita pikir benar itu berasal dari fakta bahwa kita telah terlalu lama duduk dengan teman yang sama di dalam kereta pelancong yang sama.
Kaki yang harus kau letakkan di sebelah kiri, di antara kotak topi dan keranjang ceri kecil. lutut yang kau tekankan pada pintu kereta agar tidak membuat perempuan di seberangmu berpikir kau hendak mengusik kesuciannya. Kaki kapalan yang sangat ngeri terhadap tumit "pelancong komersial" di dekatmu. leher yang harus kau miringkan begitu lama ke kiri karena hujan menerobos masuk dari sisi kanan.
semuanya ini pada akhirnya akan sedikit menimbulkan ketidaknyamanan. Kurasa baik sekali untuk sesekali bertukar kereta, kursi, dan teman seperjalanan sehingga kau bisa memiringkan leher ke arah lain, terkadang bisa menggerakkan lutut, dan mungkin di dekatmu ada perempuan muda bersepatu dansa atau bocah laki-laki kecil yang kakinya tidak menyentuh lantai kereta. Maka kau punya peluang lebih baik untuk melihat-lihat dan berjalan lurus, begitu tanah padat berada di bawah kakimu.
Hitam putih mudah digambarkan, tapi jauh lebih sulit untuk menghasilkan variasi diantara kedua ekstrim ini. Ketika kejujuran dan keadilan harus dihargai, namun keduanya tidak berwarna terlalu gelap atau terlalu terang. Mungkin ini juga menjadi alasan mengapa penyair romansa pada umumnya menjadikan pahlawan mereka sebagai malaikat atau setan.
Komentar
Posting Komentar