di tepian samudra sesaat sebelum petang
angin berbisik lirih seolah menyebut seseorang
tak jauh dari lokasi bersandar, sayup-sayup ku melihat siluet berkerudung hitam
kau berdiri megah dibawah ufuk yang sebentar lagi hilang
bagaikan sang rembulan yang jatuh dalam pelukan
indah, namun hanya sebatas dapat dipandang
bayang-bayang yang menari diujung temaram
ingin kupeluk, namun sang rembulan mengutuk dan berlari ke arah ufuk
seperti chandikala yang luruh didalam laut
hanya ilusi, namun terlihat seperti cerita dalam sebuah tajuk
mengagumkan, namun tidak bisa didapatkan
namun hati ini akan tetap menunggu
sampai sebuah cincin melingkar di jari jemarimu
kadangkala aku juga sadar, bahwa hanya sebagian kecil untuk memilikimu seorang
layaknya perunggu, sekeras apapaun pandai besi menempamu
tak akan pernah menjadi emas yang dapat menyaingi meski campur tangan tuhan berpihak kepadaku.
kau tahu, rindu ini selalu terjaga diantara ombak-ombak yang bergulung itu
hingga saat sang fajar merenggutmu, biarkan ombak menyimpan namamu.
Komentar
Posting Komentar