Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2024

Jogja dan sepenggal kisah didalamnya

lucunya, meski kami selalu menggaungkan demoralisasi, jogja tetaplah jogja. Akan ada seribu satu cerita ketika engkau pernah singgah di kota itu agak lama. Entah penjual angkringan yang mirip serizawa, pola kehidupan ringroad utara dan klitihnya, atau kalimat bapak bapak nasi padang yang suka berkata "dong pora". Jua perasaan ketika melamun di altara serta perasaan berbunga ketika menunggu takjil di mesjid jogokariyan sembari menunggu pidato dari "ning atika". Pun cerita disetiap kampusnya, ugm dengan apartemen dan pelanginya, uin suka dengan kos LV nya, UMY dan UII dengan nganunya Aish sepertinya aku merindukan suasana disana

Tidak semua hal harus kau ketahui, beberapa biarlah menjadi misteri

     Layaknya seekor merpati, dia takkan pernah menyangka bagaimana esok hari akan mendapat makan dan minum untuknya.  Sama halnya manusia, kadang kala memang tak perlu memikirkan ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dengan apa. Namun akal fikiran kadang berbeda dengan yang semestinya.  Perasaan ragu dan kecemasan akan selalu muncul secara bersamaan, pun juga sebuah "melancholy" akan menjadi bayang-bayang.      Padahal tanpa sadar kita ini sebenarnya juga makhluk tuhan, makhluk yang diciptakan dengan kesempurnaan.  Lalu, perihal kecemasan. Tinggal manusia itu sendiri yang akan menafsirkan.  Sebuah kezuhudan dan kepercayaan akan kinasih tuhan, dalam suatu "retorika" dangkal juga akan menyebabkan "kelaliman"  Karena benang merah berserah dan pasrah itu juga sangat sulit dijabarkan.      Khususnya untuk lelaki yang sudah seperempat perjalanan.  Dan untuk malam ini, sebuah kenikmatan kekurangan berhasil menggali memori (kemunafikan) masa lalu yang telah lama hila

DE LA TIRANIA A LA LIBERTAD

​ Ada beberapa, yang selamanya tidak bisa dicampuri pikiran dan logika manusia. Tak jarang juga kita menerobos itu semua, pun dengan dalih kebaikan sebagai dasarnya. Akan tetapi pasti akan ada titik balik kesalahannya. (Ah mungkin juga bukan sebuah kesalahan mutlak, mungkin juga semacam sedikit tersesat ketika mencari jalan masa depan). Dan terakhirnya, kemudian baru tersadar bahwa setiap perbutan itu harus didasarkan dengan campur tangan tuhan

Dharma kepada sang pencipta

sebuah roman ​ Bisa saja, ketika kita terkena sebuah bencana itu merupakan karunia dari yang maha esa Bisa saja, ketika kita melihat seseorang terkena bencana, itu merupakan ujian untuk kita apakah mampu atau tidak membantu antar sesama Bisa saja, rezeki materi yang diterima oleh kita, itu merupakan cobaan apakah kita bisa tidak "berbangga" akan semuanya  Bisa saja, orang dipandang hina nanti malah akan segera "terselamatkan" jika waktunya tiba Namun sebaliknya, orang yang dipandang terhormat dan paham agama, juga bisa saja akan mendapatkan balasan yang tak ia duga karena "kelalimannya"

Fatwa Hati

Sebelum tiba waktu senja  ( senja adalah menuju kegelapan, seperti manusia yang lahir dalam kegelapan )  Kugenggam tanganmu dan bertanya apakah bisa kau membawa cinta yang kau bawa selamanya  ( tentang kita tentang cinta tentang janji yang kau bawa. Dan janji yang kau bawa ini kurikulum yang disetujui adalah ketika masih bentuk "jabang bayimu" dengan tuhan dan 77 pengulangan ) Ada orang yang lahir untuk menjadi beban orang tuanya, this is very important. Namun kadang kadang tak masalah pada gelaran kecil ditertawakan tapi pada pagelaran besar dia menyediakan diri untuk memberi kesempatan pada orang tuanya untuk mengekspresikan cinta sepenuhnya kepada si anaknya Jadi kalau anda membawa standar kesuksesan secara bersama itu, akan ada banyak yang kecewa "Sabrang MDP"

Alea iecta est

​ Yang ekstrinsik, memandang agama untuk sesuatu yang dimanfaatkan  namun bukan untuk kehidupan dan segala banalitas dalam iman Yang intrinsik lebih kedalam, agama menjadi dogma pemandu kehidupan menghujam dalam aras manusia manusiawi  mencoba bertarung hidup dan mati melawan kelaliman diri sendiri.  Kau akan tumbuh jadi sekuntum bunga, bunga yang aneh.  Setengah orang akan mencintai harummu setengahnya lagi membeci yang ada pada dirimu