Langsung ke konten utama

Postingan

Korban pengoplosan martabat

Alih alih ingin menggapai kualitas pendidikan yang baik dengan harga terjangkau, para pelaku di dunia pendidikan kita lebih sibuk dan berpeluh menaikkan ongkos daripada menaikan kualitas pendidikan  Walhasil, watak yang dihadilkan dalam dinding-dinding kelas sekolah tak lebih dari watak manusia-manusia lama yang masih berada di alam agraris dan feodal Sebuah watak yang hanya ingin menjadi pegawai negeri, amtenar, dan merumitkan berokrasi Harusnya kita ini adalah tuan diatas tanah kita sendir Dengan iming-iming jaminan kepastian hidup untuk masa depan Sebenarnya sistem dan pengaruh perkembangan pengetahuan apa yang menyebabkan psikologi uang untuk segalanya  Bagaimana angan angan bangsa, seorang yang memiliki jiwa berdikari, mampu merintis sebuah kerja mandiri dan tak harus menjadi budak atau kuli di negeri sendiri Paling tidak, menjadi pelamar pekerjaan yang menenteng ijazah kesana kesini dan mengantri panjang guna mengambil secarcik formulir kuning depnaker ketika bursa kerja dibuka.

Cerita tentang samudera kezuhudan

Mana mungkin bulbul tak terbang pulang Merobek seribu tirai penghalang Manakala diseru sang kekasih : irji'i Pulanglah kedalam dekapan-ku duhai dikau Yang ketika aku dirundung duka nestapa Engkau adalah pelipur jiwaku Duhai dikau yang ketika aku dihimpit paitnya kepapaan  adalah engkau perbendaharaan ruhku Duhai engkau yang ketika aku ditelikung kegelapan  adalah engkau cahaya akalku Kemarin telah lewat Dan harapan adalah kegaiban Engkau kini sudah disana Dan aku takkan lagi mendengar kicau merdu bulbul Bercerita pengembaraan dan keterasingan ​

Pesta Kerakyatan Di Negaraku

​ Betapa ini harusnya merupakan sebuah pesta kerakyatan yang di nanti setiap masa demi sebuah kejayaan bersama Betapa ini merupakan sebuah ajang untuk menerapkan demokrasi di negeri yang kami cinta Betapa pemilihan kursi dewan itu harusnya kita nanti untuk sebuah serapan aspirasi bersama Tapi sayang,  Betapa kami selalu dimanipulasi di saat saat seperti ini Betapa kami ini mayoritas yang sebagian kehilangan integrasi Betapa kami kebingungan untuk menentukan pilihan sesuai hati nurani kami Betapa sabtu 20 januari di GBK nanti juga akan ada yang menyisipi untuk kepentingan dinasti  Betapa biaya panjer 2 T dan sebuah rubicon itu juga sanggup mencukupi rakyat DIY kami  Betapa 250 M juga sanggup menghidupi rakyat kediri ( untung beliau tidak menyanggupi )  ta'dzim dari kami  Betapa kisaran 7 hari sebelum pesta nanti berjuta juta sembako akan disebarkan diseluruh negeri ( kalau jadi ) Ini saya tulis, 50 tahun sejak kericuhan malari

mereka yang masih berpegang pada tiang agama

​ Malam ini gundah gulana kembali menerpa, tapi seperti biasa aku tidak tau penyebabnya. Setelah sekian lama aku tidak merasakannya ( seingatku terakhir kali ketika masih bekerja dan tidak pernah solat lebih tepatnya )  Peristiwa bulan rajab dan keberkahan didalamnya, dulu aku sangat bersemangat menantinya, namun itu semua perlahan luntur seiring berjalannya umur. Entahlah, perasaanku kini tidak tahu menahu bagaimana. Salut dari saya kepada mereka yang masih percaya keberkahan dari orang-orang yang dekat dengan tuhan. Aku juga ingin seperti mereka.

Yang cantik yang (tak) bisa (di)takluk(kan) selamanya

​ Tidak seperti cerita saya sebelumnya yang syarat dengan revolusi sejarah dan kemerdekaan bangsa, "tungku api" sosok utama di sequel ini mungkin wanita yang di idamkan setiap mahasiswa. Ia dengan kulit putihnya, tirus pipinya, merah muda gincunya, kalau tersenyum,ih manisnya. Cantik parasnya, lentik suaranya dan kelembutan hatinya  Dia juga suka binatang kucing seperti sodara saya, kalau sedang bercengkrama dengan hewannya, aduh, menenangkan sekali rasanya Dia juga penakut seperti saya, hampir setiap hari pada pukul 23.00 tepatnya, dering telfon bergema pertanda dia minta untuk ditemani hanya sekedar buang air kecil di lantai atasnya. Kadang juga pembahasanya sangat riang kedengarannya, kisah asmaranya membuat-ku ingin memiliki wanita seperti ia. Bersih bersih adalah hobinya namun aku tak yakin ia bisa membuat "sambal tumpang seperti ibuku dan mbah kedah rasanya" Sepertinya ia dilahirkan dari keluarga yang taat beragama, sayang aku belum berkenalan dengan bapaknya.

Karena aku menulis, kenanganku tak akan begitu saja hilang ditelan waktu

​ Tulisanku akan abadi, sampai jauh dikemudian hari. Umumya yang dikenang sebagai pihak yang gemilang adalah mereka para militer dan jendralnya, sedangkan selain mereka adalah para anonim yang tidak memiliki akses ke istana negara, tersingkir dan lenyap ditelan masa. Mereka itulah yang kalah dari neraca sejarah kemerdekaan indonesia. Namun orang orang seperti merekalah yang saya cari selamanya, mereka yang tidak jelas jaminan dimasa tuanya, mereka yang hanya mendapat undangan makan enak ketika tujuh belas agustus saja. Mungkin masa masa gundah gulana dalam pencarian kerja seperti saat ini tidak sepada dengan sisa hidup mereka sebagai "gelandangan di setiap kota" itulah yang menguatkan saya.

Lantai Dua Itu Adalah Tempat Favoritku

​ Mojotengah, wonosobo tahun 2014. Yaa, dulu disini tempat menimba ilmuku untuk menyelesaikan sekolah menengah pertamaku. Setelah sebelumnya aku keluar dari sekolahku yang dulu, jika mengingat masa itu mungkin bisa dikata bahwa itu merupakan masa sesalku Dan, bapakku dulu mendapat kabar buruk itu ketika sedang menjadi petugas haji di tanah haram itu. Singkatnya, rumah itu menjadi tempat penyelamatku. Aku sangat bersyukur atas kebaikan sodaraku  Aku tidak ingin memperpanjang ceritaku, biarlah sisanya terkubur bersama pikiranku