Jogja dan sepenggal kisah didalamnya


lucunya, meski kami selalu menggaungkan demoralisasi, jogja tetaplah jogja. Akan ada seribu satu cerita ketika engkau pernah singgah di kota itu agak lama. Entah penjual angkringan yang mirip serizawa, pola kehidupan ringroad utara dan klitihnya, atau kalimat bapak bapak nasi padang yang suka berkata "dong pora".

Jua perasaan ketika melamun di altara serta perasaan berbunga ketika menunggu takjil di mesjid jogokariyan sembari menunggu pidato dari "ning atika".

Pun cerita disetiap kampusnya, ugm dengan apartemen dan pelanginya, uin suka dengan kos lvnya, umy dan uii dengan nganunyaa 


Aish sepertinya aku merindukan suasana disana



Tidak semua hal harus kau ketahui, beberapa biarlah menjadi misteri

​-Sebuah Roman-


Layaknya seekor merpati, dia takkan pernah menyangka bagaimana esok hari akan mendapat makan dan minum untuknya.

Sama halnya manusia, kadang kala memang tak perlu memikirkan ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dengan apa. Namun akal fikiran kadang berbeda dengan yang semestinya.

Perasaan ragu dan kecemasan akan selalu muncul secara bersamaan, pun juga sebuah "melancholy" akan menjadi bayang-bayang.

Padahal tanpa sadar kita ini sebenarnya juga makhluk tuhan, makhluk yang diciptakan dengan kesempurnaan.

Lalu, perihal kecemasan. Tinggallah manusia itu sendiri yang akan menafsirkan.

Sebuah kezuhudan dan kepercayaan akan kinasih tuhan, dalam suatu "retorika" dangkal juga akan menyebabkan "kelaliman"

Karena benang merah berserah dan pasrah itu juga sangat sulit dijabarkan.

(Khususnya untuk lelaki yang sudah seperempat perjalanan)


Dan untuk malam ini, sebuah kenikmatan kekurangan berhasil menggali memori (kemunafikan) masa lalu yang telah lama hilang


Terimakasih Tuhan.

DE LA TIRANIA A LA LIBERTAD

Ada beberapa, yang selamanya tidak bisa dicampuri pikiran dan logika manusia. Tak jarang juga kita menerobos itu semua, pun dengan dalih kebaikan sebagai dasarnya. Akan tetapi pasti akan ada titik balik kesalahannya. (Ah mungkin juga bukan sebuah kesalahan mutlak, mungkin juga semacam sedikit tersesat ketika mencari jalan masa depan). Dan terakhirnya, kemudian baru tersadar bahwa setiap perbutan itu harus didasarkan dengan campur tangan tuhan

Dharma kepada sang pencipta

Bisa saja, ketika kita terkena sebuah benca itu merupakan karunia dari yang maha esa

Bisa saja, ketika kita melihat seseorang terkena bencana, itu merupakan ujian untuk kita apakah mampu atau tidak membantu antar sesama

Bisa saja, rezeki materi yang diterima oleh kita, itu merupakan cobaan apakah kita bisa tidak "berbangga" akan semuanya 

Bisa saja, orang dipandang hina nanti malah akan segera "terselamatkan" jika waktunya tiba

Namun sebaliknya, orang yang dipandang terhormat dan paham agama, juga bisa saja akan mendapatkan balasan yang tak ia duga karena "kelalimannya"

Fatwa Hati

"Sebelum tiba waktu senja kugenggam tanganmu dan bertanya"

 

Sebelum tiba waktu senja ( senja adalah menuju kegelapan, seperti manusia yang lahir dalam kegelapan )


Kugenggam tanganmu dan bertanya apakah bisa kau membawa cinta yang kau bawa selamanya ( tentang kita tentang cinta tentang janji yang kau bawa. Dan janji yang kau bawa ini kurikulum yang disetujui adalah ketika masih bentuk "jabang bayimu" dengan tuhan dan 77 pengulangan )


Ada orang yang lahir untuk menjadi beban orang tuanya, this is very important. Namun kadang kadang tak masalah pada gelaran kecil ditertawakan tapi pada pagelaran besar dia menyediakan diri untuk memberi kesempatan pada orang tuanya untuk mengekspresikan cinta sepenuhnya kepada si anaknya


Jadi kalau anda membawa standar kesuksesan secara bersama itu, akan ada banyak yang kecewa


"Sabrang MDP"

Alea iecta est

Yang ekstrinsik, memandang agama untuk sesuatu yang dimanfaatkan namun bukan untuk kehidupan dan segala banalitas lainnya. Yang intrinsik lebih kedalam, agama menjadi faktor pemandu, menghujam dalam aras kehidupan manusia manusiawi yang coba bertarung hidup mati melawan kelaliman diri sendiri. Kau akan tumbuh jadi sekuntum bunga, bunga aneh. Setengah orang akan mencintai harummu, setengahnya lagi membeci yang ada pada dirimu 

Sebuah Roman

Kemudian mau kau apakan tentang rindu ini ?

Disimpan dalam almari lagi ?

Atau dilipatan dalam makanan yang kau buatkan padaku setiap pagi dan sore hari ?

Apa mungkin dalam setiap pesan yang engkau dulu anggap sebagai gurauan ?

Ah sudahlah, memang semua telah hilang. Kita juga tidak bisa "menafikan", namun apa yang sudah berjalan akan selalu dikenang dalam ingatan.

Sama halnya perpindahan angin muson yang saling berkebalikan, begitu pula daun yang jatuh berguguran akan terus melakukan pergantian.

Dan engkau, kini telah menemukan kembali sesuatu yang hilang.


Dari temanmu, inisial "z" di wilayah semenanjung timur laut sana

sabbe satta bhavantu sukhitatta

Triratna (_sanskrit_)|| tiga permata, tidak bisa diukur, agung, mulia. Kepada buddha, dhamma, sangha. Tiga teratai wujud perlindungan dalam _Theravada dan Mahayana_. ( mungkin kalo di punyamu semacam wujud berlindung dengan sanad dari Allah,Rosul, dan para Aulianya mas [ kata bu dosen pitaloka tercinta ] ) atau kalau di majapahit era thribuwana, serupa dengan sang hyang widi, nara, jagad dan lainnya. Atau kalau di tarik lagi di masa hindu rakai pikatan dengan wangsa isyana-nya, seperti brahma wisnu siwa.n

Korban pengoplosan martabat

[ sebuah roman ]


  • Alih alih ingin menggapai kualitas pendidikan yang baik dengan harga terjangkau, para pelaku di dunia pendidikan kita lebih sibuk dan berpeluh menaikkan ongkos daripada menaikan kualitas pendidikan 


  • Walhasil, watak yang dihadilkan dalam dinding-dinding kelas sekolah tak lebih dari watak manusia-manusia lama yang masih berada di alam agraris dan feodal


  • Sebuah watak yang hanya ingin menjadi pegawai negeri, amtenar, dan merumitkan berokrasi


  • Harusnya kita ini adalah tuan diatas tanah kita sendiri


  • Dengan iming-iming jaminan kepastian hidup untuk masa depan


  • Sebenarnya sistem dan pengaruh perkembangan pengetahuan apa yang menyebabkan psikologi uang untuk segalanya 


  • Bagaimana angan angan bangsa, seorang yang memiliki jiwa berdikari, mampu merintis sebuah kerja mandiri dan tak harus menjadi budak atau kuli di negeri sendiri


  • Paling tidak, menjadi pelamar pekerjaan yang menenteng ijazah kesana kesini dan mengantri panjang guna mengambil secarcik formulir kuning depnaker ketika bursa kerja dibuka.


  • Hal ini lucu juga sepertinya, pada akhirnya meng ilhami iwan menciptakan lagu bagi para kami pemuda, sarjana muda " engkau sarjana muda resah tak dapat kerja tak berguna ijazahmu, empat tahun lamanya bergelut dengan buku sia dia semuanya "

Cerita tentang samudera kezuhudan

Mana mungkin bulbul tak terbang pulang

Merobek seribu tirai penghalang

Manakala diseru sang kekasih : irji'i

Pulanglah kedalam dekapan-ku duhai dikau

Yang ketika aku dirundung duka nestapa

Engkau adalah pelipur jiwaku


Duhai dikau yang ketika aku dihimpit paitnya kepapaan adalah engkau perbendaharaan ruhku


Duhai engkau yang ketika aku ditelikung kegelapan, adalah engkau cahaya akalku


Kemarin telah lewat

Dan harapan adalah kegaiban

Engkau kini sudah disana

Dan aku takkan lagi mendengar kicau merdu bulbul


Bercerita pengembaraan dan keterasingan

Pesta Kerakyatan Di Negaraku

Betapa ini harusnya merupakan sebuah pesta kerakyatan yang di nanti setiap masa demi sebuah kejayaan bersama

Betapa ini merupakan sebuah ajang untuk menerapkan demokrasi di negeri yang kami cinta

Betapa pemilihan kursi dewan itu harusnya kita nanti untuk sebuah serapan aspirasi bersama


Tapi sayang, 


Betapa kami selalu dimanipulasi di saat saat seperti ini

Betapa kami ini mayoritas yang sebagian kehilangan integrasi

Betapa kami kebingungan untuk menentukan pilihan sesuai hati nurani kami

Betapa sabtu 20 januari di GBK nanti juga akan ada yang menyisipi untuk kepentingan dinasti 

Betapa biaya panjer 2 T dan sebuah rubicon itu juga sanggup mencukupi rakyat DIY kami 

Betapa 250 M juga sanggup menghidupi rakyat kediri ( untung beliau tidak menyanggupi ) ( ta'dzim dari kami )

Betapa kisaran 7 hari sebelum pesta nanti berjuta juta sembako akan disebarkan diseluruh negeri ( kalau jadi )



Ini saya tulis, 50 tahun sejak kericuhan malari

Jogja dan sepenggal kisah didalamnya

lucunya, meski kami selalu menggaungkan demoralisasi, jogja tetaplah jogja. Akan ada seribu satu cerita ketika engkau pernah singgah di kota...