Langsung ke konten utama

tak hilang dalam ingatan



 Pak mufid rahmat,

Salah satu diantara orang-orang yang ngaji dirumah pakde. terlihat biasa pada awalnya, sampai buku ini diberikan kepada saya. Usia beliau tampak jauh dibawah pakde saya, dengan latar belakang pesantren dan alim juga beliaunya ( menurut perspektif saya ). Beliau juga purnawiran anggotan dewan di pusat sana, ah keren juga. tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan kepada kalian semua 

5 hari setelah saya selesai membaca bukunya, akal pikir saya mengerucut apakah benar kisahnya ?

Betapa beliau mengasihi istrinya yang telah tiada, betapa kata-kata maut tidak akan memisahkan itu benar adanya. Hingga HAUL setiap tahun untuk mendiang istripun selalu dijalankannya ( kau tau kalky, sebatas mengenang dan melakukan haul dengan wujud pengajian bersama itu memang betul sama sama doa kepada sang ESA, tapi beda kesakralannya ) 

Selanjutnya, akal pikir bulus khalayak manusia sebagian saya bergumam. Harusnya dengan kapabilitas beliaunya itu bisa mendapatkan atau mencari pengganti yang lain ( tanpa merendahkan siapapun, hanya sebatas angan-angan ). Kau tau kalky, mungkin kata kataku ini tidak relevan san terkesan kejam untuk pasangan 5 atau 10 tahun pernikahan, tapi juga tidak munafik bahwa saya juga memiliki sebagian kecil pemikiran kala hari tua datang tanpa komunikasi dengan pasangan itu bagaimanakah perasaan ? 

Karna hal ini juga pernah dijelaskan sama beliaunya _bahwa teman temannya (dari berbagai kalangan) pun banyak yang menyuruh untuk mencari pasangan.

Ah sudahlah, niatan saya menulis ini adalah untuk memuji pak mufid dan mendiang istri. Esok hari 18 april adalah haul yang kesekian kali. Bila tidak ada halangan saya akan turut datang mendoakan, ceritamu memberikan pembelajaran berarti, doa untukku agar aku dapat seperti ini, entah siapa antara aku atau pasanganku kelak yang terlebih dahulu meninggalkan bumi. Pak mufid, cerita tentang engkau dan mendiang istri akan aku salin kedalam  sebuah puisi

Al-fatihah 🙏

Akhir kata, dikala sebagian lelaki yang ( dengan rahmat dan syafaat nabi ) masuk surga nanti mendapatkan banyak bidadari, saya akan mendoakan agar beliau mendapatkan jodoh tunggal yaitu istrinya saat ini yang telah mendahului sebagai mana dalam hadist qudsi. SEKALI LAGI, hadist qudsi yang isi redaksi dari gusti dan diperantarakan melalui kanjeng nabi. Saya mempercayai ini, kekasih sejati dengan mawadah dan rahmah dari gusti, akan menjadi satu didunai dan akhirat nanti



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemeluk Dosa

Sukmanya memberontak namun apadaya sang tuhan telah memerintahkan bala tentaranya Getir dalam perasaannya  sesal dalam perbuatanya tidak akan bisa menanggung 9 hawa diri semasa hidupnya Usai sudah misinya  dengan segala amal yang diperbuatnya, harusnya ia juga tau akan masuk kemana Dalam kesadaran kecil dia berkata  bahwa hanya dengan setetes rahmat-NYA  aku bisa tertolong selamanya

Yang cantik yang (tak) bisa (di)takluk(kan) selamanya

​ Tidak seperti cerita saya sebelumnya yang syarat dengan revolusi sejarah dan kemerdekaan bangsa, "tungku api" sosok utama di sequel ini mungkin wanita yang di idamkan setiap mahasiswa. Ia dengan kulit putihnya, tirus pipinya, merah muda gincunya, kalau tersenyum,ih manisnya. Cantik parasnya, lentik suaranya dan kelembutan hatinya  Dia juga suka binatang kucing seperti sodara saya, kalau sedang bercengkrama dengan hewannya, aduh, menenangkan sekali rasanya Dia juga penakut seperti saya, hampir setiap hari pada pukul 23.00 tepatnya, dering telfon bergema pertanda dia minta untuk ditemani hanya sekedar buang air kecil di lantai atasnya. Kadang juga pembahasanya sangat riang kedengarannya, kisah asmaranya membuat-ku ingin memiliki wanita seperti ia. Bersih bersih adalah hobinya namun aku tak yakin ia bisa membuat "sambal tumpang seperti ibuku dan mbah kedah rasanya" Sepertinya ia dilahirkan dari keluarga yang taat beragama, sayang aku belum berkenalan dengan bapaknya....

Kidung Untuk Kekasih

 Sebuah Roman kepada pemeluk teguh, tuhanku dalam keadaan termangu aku senantiasa mengingat ciptaanmu seorang hawa yang senantiasa menengadahkan tangan kepadamu dengan suka tanpa duka ia selalu meminta apapun kepadamu ohh tuhanku, ia dengan kelembutan dalam jiwanya seperti rimbaraya di pagi hari yang menyingsingkan sinarnya tanah becek, duri beracun, dan kegelapan sirna seiring dengan hadirnya namun ternyata itu adalah kenangan untuk terakhir kalinya gaun putih kecoklatan yang engkau kenakan akan selalu kukenang hingga enam masa  tatapan mata yang menyorot bagai bintang yang penuh kasih sayang akan selalu ada tempat dalam relung hati yang terdalam betapa berat, wahai betapa bosan hati ini untuk terus berjauhan membenar-benarkan kata dalam sebuah pesan hanya untuk mengakhiri sebuah obrolan kunyalakan jiwa hingga ngungun, sunyi riuh rendah, hari berganti malam tanpa sebuah istirah wahai tuhan yang menangui kidung ini, sudikah engkau mendekatkan sanubari kami kembali atau mungkin...