satu atau dua bulan yang lalu, saya bertemu dengan seseorang yang usianya 2 kali lebih tua dariku dan aku juga mengaggap beliau seperti sahabatku. ahh tidak, mungkin lebih tepatnya sebagai guruku, guru batinku.
kala itu waktu menunjukan pukul 01.00 dini hari diwaktu kami bercengkrama bertiga didepan ruang tamu. tanpa sebab atau tanpa apa tiba-tba saya bertanya seputar istidraj yang terlintas dikepala. dan sebenarnya, pertanyaan itu muncul setelah sekian lama saya merasakan kehampaan didalam hati yang tanpa ada dasarnya. teringat sekali bahwa waktu itu saya masih bekerja di bank swasta dengan gaji yang sangat cukup bahkan lebih untuk seorang anak desa yang tidak memiliki tanggungan apa-apa.
pertanyaan ini muncul karena seringnya saya merasa gundah gulana tanpa suatu sebab yang memicunya, padahal kalau dirasa financial saya sangat lebih cukup untuk membeli apa saja, finansial saya juga sangatlah mumpuni untuk menabung hingga dua ratus ribu setiap hari. yaa mungkin itu yang terfikirkan oleh saya diusia muda dengan tanda kutipnya " kenapa hati saya merasa seperti hampa padahal untuk seseorang yang berusia 23 tahun dengan tabungan harta cukup itu sudah termasuk pencapaian tertinggi dimassanya " mungkin kalian juga pernah merasakannya. maksutku, apalagi yang ingin dicari karena motivasi tertinggi adalah mencari uang sebanyak-banyaknya diusia muda wkwkwk.
namun bebarengan dengan peristiwa itu juga, saya kurang menyadari bahwa seiring dengan bertambahnya nafkah lahir saya, ibadah seringkali saya melupa karena merasa memiliki kuasa (duit) karena saya orang islam juga, jangankan untuk sholat 5 waktu saja. la wong ketika pulang kerumah saja saya hanya berpura-pura bersuci kemudian kembali ke ranjang dan tidur kembali.
singkatnya, pola kehidupan saya yang seperti diatas berlangsung sangat lama, mungkin terakhir kali saya menjalankan ibadah atas kesadaran saya itu waktu masa perkuliah saja. hingga suatu peristiwa yang mana setiap kali saya merasa bahwa hidup saya tidak apa-apa dan tidak merasa gundah gulana malah menjadi suatu tanda tanya dengan peperangan difikaran " kok hidup ini biasa-biasa saja. jangan jangan sehabis ini saya terkena masalah "
dan benar, mungkin ini sebuah kebaikan dari tuhan, atau malah merupakan ujian bagi tuhan karena seakan saya diberikan feeling nurani yang seringkali pas menjelang kejadian yang akan saya alami. tapi ini tidak saya teruskan saja.
oiya, kembali lagi ke waktu dini hari saat kita sedang bercengkrama. beliau saya sebut dengan Gus H itu bercerita : kamu bertanya tentang istidraj itu sebenarnya bagaiman pemahamanmu mengenai istidraj itu sendiri ? apakah kamu memahami bahwa istidraj itu hanya sebatas kamu diberikan harta kekayaan yang berlimpah atau kamu ahli maksiat yang tidak pernah beribadah namun tidak pernah ada masalah dan uangmu semakin berlimpah ?
mendengar ungkapan beliau tertegun sambil merembeskan air mata saya. dalam benak aku berkata " anjir saya belum menjelaskkan tapi beliau sudah tau segala yang ada dipikiran saya " yaa karena memang yang dijelaskan beliau itu merupakan isi kepala saya, langsung saja tanpa perasaan berdosa saya menjawab "iya"
lalu Gus H mennjawab :
sebenarnya itu sudah benar kalo diartikan secara harfiah mas, tapi apa iya kamu yang dulu pernah mondok lama hanya mengartikan istidraj sebatas itu saja ?
a. bagaimana kalo istidraj itu bukan hanya sebatas harta saja ?
b. bagaimana kalo ujian istidraj itu berupa kamu yang diberikan keluarga rukun yang nantinya akan hancur karena kamu tidak merasakannya ?
c. bagaimana kalo ujian istidraj itu berupa kamu yang secara tidak sadar bahwa doa agar orang tuamu diberi kepanjangan umur dikabulkan sejenak baru nanti akan hilang secara bersama ?
d. bagaimana kalo harta lahir batinmu yang sekarang dirasa cukup untuk hidupmu tiba-tiba hilang selananya ?
istidraj itu bukan hanya persoalan harta benda saja, bisa jadi keluargamu yang utuh, pertemananmu yang baik, sodara-sodaramu yang peduli denganmu juga tak pernah mempermasalahkan hidupmu. itulah makna yang sebenarnya dan bila engkau tidak sadar, bisa jadi itu semua akan hilang darimu secara bersamaan dan tidak akan berganti kewujud yang lain mas.
lalu saya bertanya : bagaimana agar saya dapat menghindari itu semua ?
bekekrjalah kamu dengan dasar niat kepada allah SWT, jangan pernah meninggalkan niat ibadah mencari nafkah atau menghidupi keluarga tanpa campur tangan allah SWT. yakinlah bahwa yang telah diberikan ini merupakan kenikmatan atas ridho dan rahmatnya. sekali kamu melupakan landasan karena allah SWT usai sudah semuanya
Komentar
Posting Komentar