Terimakasih telah mempertemukan dengan orang orang baik, rezeki silaturahmi itu ada dan saya meyakini karena engkau dan rosulmu gusti || kami yang sebenarnya tidak memiliki kendali atas diri ini sendiri, berusaha mengingat sebuah fadhol-Mu gusti. bahwa setiap detik kedepan tidak ada kendali atas kami. || dan untuk saya pribadi, _semoga panjenengan mboten nate duko kalian kulo gusti_ karena pikiran saya ini terlalu mencampuri hak prerogatif engkau yang saya sudah diingatkan seringkali. Terimakasih telah menghadirkan perkumpulan yang menjadi saudara ini. Dan mohon maaf gusti, rayuan indah ini hanya bisa sebatas kata karena diri ini, tidak sebagus tulisan ini
Sebuah Roman kepada pemeluk teguh, tuhanku dalam keadaan termangu aku senantiasa mengingat ciptaanmu seorang hawa yang senantiasa menengadahkan tangan kepadamu dengan suka tanpa duka ia selalu meminta apapun kepadamu ohh tuhanku, ia dengan kelembutan dalam jiwanya seperti rimbaraya di pagi hari yang menyingsingkan sinarnya tanah becek, duri beracun, dan kegelapan sirna seiring dengan hadirnya namun ternyata itu adalah kenangan untuk terakhir kalinya gaun putih kecoklatan yang engkau kenakan akan selalu kukenang hingga enam masa tatapan mata yang menyorot bagai bintang yang penuh kasih sayang akan selalu ada tempat dalam relung hati yang terdalam betapa berat, wahai betapa bosan hati ini untuk terus berjauhan membenar-benarkan kata dalam sebuah pesan hanya untuk mengakhiri sebuah obrolan kunyalakan jiwa hingga ngungun, sunyi riuh rendah, hari berganti malam tanpa sebuah istirah wahai tuhan yang menangui kidung ini, sudikah engkau mendekatkan sanubari kami kembali atau mungkin...
Komentar
Posting Komentar